gejala kanker serviks

Gejala Kanker Serviks
Gejala kanker serviks tidak selalu bisa terlihat dengan jelas, bahkan ada kemungkinan gejala tidak muncul sama sekali. Sering kali, kemunculan gejala terjadi saat kanker sudah memasuki stadium akhir. Oleh karena itu, melakukan pap smear secara rutin sangat penting untuk ‘menangkap’ sel pra-kanker dan mencegah perkembangan kanker serviks.
Pendarahan Pada Vagina
Pendarahan tidak normal dari vagina, termasuk flek adalah gejala yang sering terlihat dari kanker serviks. Pendarahan biasanya terjadi setelah berhubungan seks, di luar masa menstruasi, atau setelah menopause. Segera temui dokter untuk melakukan pemeriksaan jika terjadi pendarahan yang tidak normal lebih dari satu kali.

Gejala-gejala Lainnya yang Mungkin Muncul Selain pendarahan yang abnormal, gejala lain yang mungkin muncul adalah:
Cairan yang keluar tanpa berhenti dari vagina dengan bau yang aneh atau berbeda dari biasanya, berwarna merah muda, pucat, cokelat, atau mengandung darah.
Rasa sakit tiap kali melakukan hubungan seksual.
Perubahan siklus menstruasi tanpa diketahui penyebabnya, misalnya menstruasi yang lebih dari 7 hari untuk 3 bulan atau lebih, atau pendarahan dalam jumlah yang sangat banyak.
Gejala Pada Kanker Serviks Stadium Akhir
Kanker serviks pada stadium akhir akan menyebar ke luar dari leher rahim menuju ke jaringan serta organ di sekitarnya. Pada tahapan ini, gejala yang terjadi akan berbeda, antara lain:
Terjadinya hematuria atau darah dalam urine.
Bermasalah saat buang air kecil karena penyumbatan ginjal atau ureter.
Perubahan pada kebiasaan buang air besar dan kecil.
Penurunan berat badan.
Pembengkakan pada salah satu kaki.
Nyeri pada tulang.
Kehilangan selera makan.
Rasa sakit pada perut bagian bawah dan juga panggul.
Rasa nyeri pada punggung atau pinggang, ini disebabkan karena terjadi pembengkakan pada ginjal. Kondisi ini disebut sebagai hidronefrosis.
Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya segera menemui dokter. Terutama mengenai pendarahan yang tidak normal pada vagina yang bisa disebabkan oleh banyak hal. Tapi, gejala ini harus diperiksa oleh dokter untuk memahami penyebabnya.

Kanker Serviks

Kanker Serviks
Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim wanita. Leher rahim sendiri berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Semua wanita dari berbagai usia berisiko menderita kanker serviks. Tapi, penyakit ini cenderung memengaruhi wanita yang aktif secara seksual.
Pada tahap awal, kanker serviks biasanya tidak memiliki gejala. Gejala kanker serviks yang paling umum adalah pendarahan pada vagina yang terjadi setelah berhubungan seks, di luar masa menstruasi, atau setelah menopause. Meski terjadi pendarahan, belum berarti Anda menderita kanker serviks. Untuk memastikan penyebab kondisi Anda, segera tanyakan kepada dokter. Jika dicurigai terdapat kanker serviks, rujukan menemui dokter spesialis akan diberikan.
Penderita Kanker Serviks di Indonesia
Pada tahun 2014, WHO menyatakan terdapat lebih dari 92 ribu kasus kematian pada penduduk wanita akibat penyakit kanker. Sebesar 10,3 persennya merupakan jumlah kematian akibat kanker serviks. Sedangkan jumlah kasus baru kanker serviks berjumlah hampir 21 ribu. Sejak tahun 2000 hingga tahun 2012, semakin muda usia wanita yang terserang kanker serviks, yaitu kisaran usia 21-22 tahun di tahun 2000 dan mencapai usia di bawah 20 tahun pada tahun 2012. Penelitian WHO menyingkapkan kurangnya tindakan skrining penyakit kanker di Indonesia. Khususnya untuk skrining kanker serviks yaitu sitologi serviks dan ulasan asam asetat, secara umum belum tersedia di pusat kesehatan primer pada tahun 2014. Ini ikut berpengaruh pada jumlah kematian kanker serviks di Indonesia yang tergolong tinggi karena sebagian besar disebabkan oleh keterlambatan dalam diagnosis. Biasanya, kanker sudah menyebar ke organ lain di dalam tubuh ketika seseorang memeriksakan kondisinya. Inilah penyebab pengobatan yang dilakukan menjadi semakin sulit.
Human Papillomavirus sebagai Penyebab Utama Kanker Serviks 
Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus atau HPV. HPV adalah kumpulan jenis virus yang menyebabkan kutil di tangan, kaki, dan alat kelamin. Ada banyak jenis HPV yang sebagian besar adalah virus yang tidak berbahaya. Tapi ada beberapa jenis HPV yang mengganggu sel-sel leher rahim untuk bisa berfungsi secara normal dan akhirnya bisa memicu kanker. HPV sangat umum ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menjadi penyebab munculnya kanker serviks. Dari banyaknya jenis HPV, ada dua jenis virus HPV yang paling berbahaya, yaitu HPV 16 dan HPV 18. Kedua jenis virus ini yang menyebabkan 70 persen kasus kanker serviks. Banyak wanita tidak menyadari telah terinfeksi, karena HPV jenis ini tidak menimbulkan gejala. Penting untuk menyadari bahwa infeksi ini sering terjadi, meski banyak wanita yang terinfeksi tidak mengalami kanker.
Kondom bisa melindungi Anda dari HPV saat berhubungan seks, tapi tidak selalu sempurna dalam mencegah terjadinya infeksi. Saat terinfeksi HPV, sistem kekebalan tubuh wanita mencegah virus untuk melukai rahim, tapi pada sebagian wanita, virus HPV bisa bertahan selama bertahun-tahun. Hal ini mengakibatkan sel-sel yang berada di permukaan leher rahim berubah menjadi sel kanker.
Vaksin untuk mencegah infeksi HPV yang berisiko menyebabkan kanker sudah tersedia. Vaksinasi HPV yang saat ini ada adalah vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18; vaksin kuadrivalen untuk HPV 6, 11, 16 dan 18; atau vaksin nonavalen untuk 9 jenis HPV yaitu 4 jenis ditambah 31,33, 45, 52, dan 58.
Pentingnya Langkah Screening untuk Mendeteksi Kanker Serviks Selama bertahun-tahun, sel-sel pada permukaan leher rahim mengalami banyak perubahan. Sel-sel ini bisa perlahan-lahan berubah menjadi kanker, tapi sebenarnya perubahan sel di leher rahim bisa dideteksi sejak dini. Pengobatan ketika sel-sel masih dalam tahap pra-kanker bisa dilakukan agar risiko terkena kanker serviks bisa berkurang. Screening untuk kanker serviks juga dikenal dengan sebutan pap smear atau tes smear. Pap smear berguna untuk mendeteksi jika ada sel-sel abnormal yang berpotensi berubah menjadi sel kanker. Saat melakukan pap smear, sampel sel diambil dari leher rahim dan diperiksa di bawah mikroskop.
Screening serviks bukanlah tes untuk mendiagnosis kanker serviks. 
Tes ini berguna untuk memeriksa kesehatan sel-sel di leher rahim dan mendeteksi jika ada sel yang abnormal. Dengan deteksi dan pengangkatan sel-sel abnormal, kanker serviks dapat dicegah secara maksimal. Pada kebanyakan wanita, tes akan menunjukkan hasil yang normal. Tapi sekitar 5 persen tes menunjukkan adanya perubahan abnormal pada sel leher rahim.
Perubahan ini kebanyakan tidak berujung kepada kanker, dan sel-sel abnormal masih mungkin bisa kembali normal dengan sendirinya. Tapi, pada beberapa kasus tertentu, sel-sel yang bersifat abnormal perlu diangkat karena berpotensi berubah menjadi kanker.
Hasil tes smear yang abnormal tidak berarti seseorang menderita kanker serviks. Kebanyakan hasil abnormal disebabkan oleh infeksi atau adanya sel berisiko kanker yang bisa ditangani dengan mudah. Disarankan pada wanita yang telah aktif secara seksual dan berusia 25-49 tahun diperiksa setiap tiga tahun sekali. Sedangkan wanita berusia 50-64 tahun dapat diperiksa setiap lima tahun sekali. Hubungi dokter untuk mencari tahu lebih banyak tentang pemeriksaan ini.
Tingkat Stadium Menentukan Pengobatan Kanker Serviks Pengobatan kanker serviks tergantung kepada beberapa faktor. Kanker serviks bisa diobati dengan cara operasi jika diagnosis dilakukan pada tingkat awal. Pada beberapa kasus, hanya serviks yang diangkat dan rahim bisa dibiarkan saja. Pada kondisi yang lebih serius, rahim perlu diangkat seluruhnya. Proses operasi untuk pengangkatan rahim disebut sebagai histerektomi.
Sedangkan prosedur radioterapi adalah langkah alternatif untuk kanker serviks stadium awal. Pada kasus tertentu, radioterapi juga bisa dijalankan berdampingan dengan operasi. Untuk kasus kanker serviks stadium lanjut, biasanya dirawat dengan metode kombinasi kemoterapi dan radioterapi. Beberapa penanganan bisa memiliki efek samping yang berat dan jangka panjang, termasuk di antaranya adalah menopause dini dan kemandulan.
Komplikasi Akibat Kanker Serviks Komplikasi sering terjadi pada wanita yang menderita kanker serviks. Komplikasi bisa muncul sebagai akibat langsung dari kanker atau efek samping dari pengobatan yang dilakukan. Misalnya karena radioterapi, operasi, atau kemoterapi. Komplikasi dari kanker serviks adalah:
Komplikasi ringan: pendarahan kecil pada vagina dan/atau sering kencing.
Komplikasi berat: pendarahan yang parah dan bahkan gagal ginjal.
Harapan Hidup Penderita Kanker Serviks
Masa depan pengidap kanker serviks ditentukan oleh diagnosis stadium kanker serviks yang diterima. Stadium kanker serviks bertahap dari satu hingga empat, di mana stadium ini menggambarkan tingkat perkembangan dan penyebaran kanker. Angka harapan bertahan hidup setidaknya lima tahun setelah didiagnosis kanker serviks,
dikelompokkan ke dalam status stadium:
Stadium 1 – 80-99 persen
Stadium 2 – 60-90 persen
Stadium 3 – 30-50 persen
Stadium 4 – 20 persen
Tidak ada satu cara khusus untuk melakukan pencegahan terhadap kanker serviks. Tapi masih ada beberapa cara untuk mengurangi risiko terkena kanker ini.

cara merawat vagina


Rawat Organ Intim Anda dengan Benar
Bersihkan organ intim dengan air hangat, tanpa sabun atau produk khusus, tiap kali mandi. Hindari sabun dengan bahan kimia yang keras dan yang mengandung parfum. Pastikan untuk membersihkan organ intim dari depan ke belakang dan bukan sebaliknya untuk mencegah mikroba dari anus menyebar ke vagina dan saluran kemih. Lakukan hal yang sama saat Anda selesai buang air besar maupun kecil, dan jangan lupa untuk selalu mengeringkan organ intim Anda.
Saat menstruasi, ganti pembalut Anda tiap beberapa jam untuk memastikan vagina tetap bersih dan tidak lembap.
Jangan terlalu sering menggunakan panty liners karena dapat membuat vagina tidak bisa “bernapas” dengan bebas, sehingga menyebabkan vagina menjadi lembap dan menciptakan kondisi yang memicu mikroba untuk berkembang biak. Sebaiknya hanya gunakan panty liners saat sebelum dan setelah menstruasi karena saat itulah tubuh kita mengeluarkan banyak flek.
Gunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun atau serat alami. Bahan sintetis memiliki efek yang sama dengan panty liners. Hindari juga pakaian dalam yang terlalu ketat.
Jangan terlalu sering menggunakan produk pembersih khusus untuk organ intim. Organ intim kita memiliki sistem pembersih alami dan produk pembersih khusus organ intim sering kali mengganggu tingkat normal pH vagina sehingga dapat memicu iritasi atau infeksi.
Segera ganti pakaian dalam atau celana jika pakaian tersebut basah atau saat Anda berkeringat.
Membersihkan Organ Intim setelah Berhubungan Seks
Tidaklah aneh jika vagina mengeluarkan aroma tertentu setelah berhubungan intim, terutama jika pasangan tidak menggunakan kondom. Tingkat pH vagina yang berubah akibat sperma dan cairan lain yang keluar saat berhubungan intim bisa memengaruhi aroma pada vagina.
Terdapat beberapa langkah sederhana untuk mencegah munculnya aroma tidak sedap setelah berhubungan seks. Anda bisa membasuh vagina dengan air hangat setelah selesai berhubungan seks. Lakukanlah secara perlahan-lahan dan bisa ditambahkan dengan sabun. Selain itu, cobalah untuk membuang air kecil setelah berhubungan seks. Hal ini berguna untuk menghilangkan mikroba dari anus atau vagina yang mungkin masuk ke dalam saluran kemih saat berhubungan intim.
Diberdayakan oleh Blogger.